Tidak semua bayi beruntung dilahirkan cukup bulan. Ibu yang melahirkan bayi prematur dapat merasa sedih, kecewa, dan khawatir karena si bayi mungil malah dimasukkan ke dalam kotak kaca bernama inkubator.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu (36 minggu 7 hari). Angka kematian pada bayi prematur cukup tinggi di negara berkembang seperti Indonesia, sekitar 26% dari seluruh bayi prematur yang lahir, menurut data dari RS Ciptomangunkusumo, Jakarta. Sedangkan menurut data dunia, kelahiran prematur mencapai 75-80% dari seluruh bayi yang meninggal pada usia kurang dari 28 hari.
Dibandingkan bayi cukup bulan, bayi prematur mudah terserang infeksi karena daya tahan tubuhnya yang belum sempurna, mudah mengalami henti napas karena ketidakmatangan paru dan susunan saraf pusat, serta sulit mempertahankan suhu tubuh (hipotermia).
Hipotermia dan inkubator: kebutuhan vs ketersediaan
Bayi prematur memiliki cadangan lemak tubuh (brown fat) yang masih sedikit untuk menahan panas dan metabolisme yang belum sempurna untuk memproduksi panas sendiri. Disamping itu, kehilangan panas lebih mudah terjadi pada bayi prematur karena perbandingan luas permukaan terhadap massa tubuhnya relatif lebih luas dibandingkan pada bayi cukup bulan. Keadaan ini merupakan ancaman terhadap kehidupan bayi karena hipotermia dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan zat asam dalam darah (asidosis), hipoglikemia, gangguan pembekuan darah, dan meningkatkan risiko distres pernapasan pada bayi, yang pada akhirnya dapat berakibat kematian.
Karena alasan itulah bayi prematur dirawat dalam inkubator segera setelah lahir untuk menjaga suhu tubuhnya tetap hangat, antara 36,5-37,5°C. Sayang selain jumlahnya terbatas, perawatan dengan inkubator memerlukan biaya tinggi. Terlebih lagi, bayi yang dirawat di rumah sakit memiliki risiko tertular infeksi dari bayi lain.
Adakah alternatif penghangat yang murah dan mudah didapat di negara berkembang seperti di Indonesia? Perawatan metode kanguru jawabannya.
Apa itu perawatan metode kanguru?
Manfaat perawatan metode kanguru (PMK) atau perawatan bayi lekat yang kerap disebut kangaroo mother care sebenarnya sudah banyak dibicarakan di masyarakat. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Bogota, Kolombia, dan merupakan metode perawatan bayi kecil atau bayi prematur yang diilhami oleh cara ibu kanguru merawat anaknya yang selalu lahir prematur.
Metode kanguru: bagaimana caranya?
- Posisi kanguru. Bayi diletakkan diantara payudara ibu dalam posisi tegak dengan dada bayi menempel pada dada ibu. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah. Kedua tungkai bayi ditekuk sedikit seperti posisi kodok. Dalam posisi demikian tubuh ibu dan bayi diikat dengan kain selendang atau kemben berbahan elastis untuk menahan badan bayi agar tidak jatuh.(Lihat gambar). Bayi hanya mengenakan popok, topi hangat, dan kaus kaki. Tetapi apabila suhu sedang dingin, boleh dipakaikan baju tanpa lengan berbahan katun yang dibuka di bagian depannya, agar dada bayi tetap dapat menempel (kulit ke kulit) pada dada ibu.
- Monitor. Selama bayi cukup mendapat ASI dan berada dalam dekapan ibu, biasanya suhu akan mudah dipertahankan antara 36,5-37,5°C. Walaupun demikian, pemantauan suhu ketiak bayi perlu dilakukan setiap 6 jam selama 3 hari pertama PMK dimulai. Selanjutnya pengukuran dilakukan 2 kali sehari. Selain suhu, ibu perlu memantau pernapasan bayi. Pernapasan normal bayi prematur berkisar 40-60 kali per menit dan kadang dapat disertai periode apnu (tidak bernapas). Beberapa tanda bahaya adalah bayi sulit bernapas, merintih, bernapas sangat cepat atau sangat lambat, berhenti napas yang sering dan lama (>20 detik), bayi terasa dingin walau sudah dihangatkan, sulit minum, muntah-muntah, kejang, diare, atau kulit menjadi kuning. Bila menjumpai tanda-tanda diatas, segeralah mencari pertolongan pada tenaga kesehatan.
- Waktu dan siapa saja. PMK idealnya dilakukan 24 jam sehari, tetapi pada permulaan dapat dilakukan bertahap dari minimal 60 menit, kemudian ditingkatkan sampai terus-menerus, siang dan malam, disela hanya untuk mengganti popok. Ibu dapat tetap melakukan pekerjaan sehari-hari seperti berdiri, duduk, memasak, jalan-jalan, bahkan bekerja. Waktu tidur pun ibu dapat berbaring atau setengah duduk sambil tetap mempertahankan posisi kanguru.
Meskipun demikian, ibu harus tetap menjaga kebersihan pribadi dengan mandi 2 kali sehari dan sering mencuci tangan. Ketika ibu berhalangan, PMK tetap dapat diteruskan oleh anggota keluarga lain seperti ayah atau nenek.
Apakah pada semua bayi prematur boleh dilakukan PMK?
Dengan adanya PMK tidak berarti semua bayi prematur boleh keluar dari inkubator. PMK intermitten (jangka pendek) boleh dimulai pada bayi dalam proses penyembuhan yang masih memerlukan infus atau sedikit tambahan oksigen. Namun, PMK kontinu (terus-menerus) baru dapat dilakukan jika bayi dalam keadaan stabil, bernapas alami tanpa bantuan oksigen.
Metode Kanguru: Hold me, Feed me, Love me…
Pada bayi prematur yang stabil, yang dalam perawatan rumah sakit hanya memerlukan kehangatan, metode kanguru dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada inkubator. Mengapa?
Seperti yang diungkapkan oleh dr. Nils Bergman, pakar PMK di Afrika Selatan,
“If I could say it as simply as possible, from a child’s point of view, I can define Kangaroo Baby Care as: Hold Me, Feed Me, Love Me…”
Bayi didekap oleh ibunya, merasakan sentuhan kulit ke kulit yang tentu memberikan kenyamanan dan ketenangan pada bayi. Suhu tubuh ibu dapat naik dan turun dengan sendirinya sesuai kebutuhan bayi (maternal neonatal thermal synchrony), tanpa pengaturan manual seperti halnya inkubator. Kontak kulit ke kulit ini juga meminimalkan kehilangan panas dari permukaan tubuh bayi, yang tidak dapat dilakukan inkubator. Dengan kontak emosional yang erat antara ibu dan bayi pada PMK, produksi ASI meningkat karena adanya refleks letdown oleh hormon oksitosin dalam tubuh ibu. Bayi pun tidak perlu repot dikeluar-masukkan dari inkubator untuk bisa mendapat ASI. Bayi dapat langsung menghisap ASI dari payudara ibu dengan sedikit mengubah posisi.
Selain itu, pada PMK risiko bayi mendapat infeksi minimal karena flora normal kulit ibu tentu lebih “aman” daripada kuman resisten antibiotik di ruang rawat rumah sakit. Bayi pun lebih cepat dipulangkan dari rumah sakit karena peningkatan berat badan yang lebih cepat dan PMK dapat dilanjutkan di rumah oleh ibu dibantu oleh anggota keluarga lainnya. Dengan demikian biaya perawatan rumah sakit dapat ditekan, dan karenanya metode ini sangat sesuai dengan kondisi ekonomi di Indonesia.
Metode Kanguru vs Inkubator: pilih mana?
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa untuk bayi prematur yang stabil, perawatan metode kanguru memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh inkubator. Bahkan, bayi yang dirawat dengan metode kanguru lebih cepat mencapai suhu normal dibandingkan bayi yang dirawat dalam inkubator.
Nah, sekarang Anda pasti sudah tahu jawabannya jika si bayi mungil menyapa Anda, “Hold me, Feed me, Love me…”. Perawatan metode kanguru tidak hanya mampu menjadi bantuan kelangsungan hidup bayi prematur, tetapi juga cara seorang ibu untuk menyampaikan bahasa universal, bahasa cinta.
Pustaka:
World Health Organizati
on. Kangaroo mother care: a practical guide. Geneva: WHO; 2003.
Suradi R, Yanuarso PB. Metode kanguru sebagai pengganti inkubator bagi bayi berat lahir rendah. Sari Pediatri 2000;2(1):29-35.
Mannel R, Martens PJ, Walker M. International Lactation Consultant Association. Core Curriculum for Lactation Consultant Practice. Edisi 2. Sudbury, Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers; 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar